Allah is the just part1

 

Ia menangis lagi. Di siang hari yang begitu terang dengan matahari yang begitu menyengat, sangat kontras dengan hati dan jiwanya yang sedang gelap dan dirundung awan hitam.

Di rumah yang begitu sepi, di dalam kamar yang sengaja dibuat gelap, ia tersedu dalam solatnya. Untuk kedua kalinya, mengadu, meminta pertolongan, memohon maaf.

Karena UTS, ya, masalahnya adalah UTS dan teman-teman disekelilingnya. Ia menangis, karena merasa bersalah, berdosa, takut. Ia sadar telah melakukan hal besar yang sangat salah, namun sangat sulit untuk dihindarkan.

Bukan mencontek masalahnya, tapi sebaliknya, berusaha mengerjakan UTS sendiri, dengan hanya berbekal belajar keras, dan ibadah rutin. Masalahnya mulai ketika ia menyadari bahwa setelah beberapa hari UTS, selalu mendapat soal yang sulitnya (soalnya A & B). Itu bukan hanya perasaannya saja. Teman-temannya juga mengatakan hal yang sama. Dan yang lebih menyedihkannya lagi, ia dikelilingi begitu banyak pencontek ulung. Hanya segelintir orang yang juga berikhtiar dalam kejujuran.

Karena kondisi-kondisi itu, ia mulai merasa bahwa Allah tidak adil*naudzubillaah*! Ia yang selalu berdoa, meminta kemudahan, mengerjakan amalan-amalan sunnah, apalagi amalan wajib, kenapa tidak diberi kelancaran dalam UTS? Sedangkan teman-temannya yang lain? Yang jelas-jelas solatnya bolong-bolong, sering mencontek, kenapa mendapat soal-soal yang mudah?

Setiap kali hatinya sudah sedikit tenang, ia terisak kembali, seakan bendungan air matanya sudah pecah. Ia sangat tahu yang ada dipikirannya itu salah, sangat salah. Tapi rasanya, hal itu sangat sulit dihilangkan. Seakan pemikiran itu menjadi kotoran di hati, bagaikan plak yang menempel pada gigi.

Astaghfirullahal’aziim, kembali ia beristighfar. Kembali menangis pula lah dia. Yang ditangisinya bukan lah masalah nilai-nilainya nanti, atau masalah teman-temannya yang asyik mencontek itu. Yang membuatnya bersedih adalah perasaan tak adil yang ia rasakan. Perasaan yang seharusnya tak boleh ia rasakan, perasaan yang sangat salah itu.

to be continued….