Cinta Sejati

“Semangkuk Sup” dari pak Big Bozz…semoga bisa menghangatkan jiwa yang beku dan kelaparan cinta sejati….*duuh…duuh…bahasanya,hihih… ;) *

Malam itu anak2 tidur dengan pakaian rapi, istilah mereka “baju pergi”. Jam sudah menunjukkan 21.15 ketika aku melihat kamar tidur anak-anak. aku tanya istriku, “Kok anak-anak bajunya rapi, habis pergi dari mana tadi?”

“Lho kan nunggu Bapak, katanya mau ajak ke Gramedia malam tadi, ditunggu habis maghrib tidak datang, anak-anak terus main-main sendiri, sampai kelelahan, trus ketiduran deh… kata Zakky, Bapak sudah janji mau beliin buku cerita baru”.

“Rasanya aku tak pernah berjanji ke anak-anak untuk ke Gramedia hari ini, mereka yang sudah lama minta ke Gramedia. Sekarang-sekarang ini, aku sudah tidak pernah berani berjanji ajak anak-anak jalan-jalan, kecuali sabtu-minggu” kataku dengan nada pembelaan.

“Marahkah mereka krn aku pulang telat?” kataku pd istriku yg masih membuatkanku secangkir kopi panas.
“Enggak tuh, kayaknya mereka terus lupa, meski beberapa saat nanyain terus, kok Bapak belum pulang ya, terutama si Icha tuh”, sahut istriku.
“Mereka terus main-main bertiga, tumben tetehnya mau asuh adik-adiknya, bertiga lari kesana-kemari, ketawa-ketawa, pokoknya rumah sudah kayak kapal pecah tadi, sebelum mereka tidur” sambungnya lagi.
“I see…”, jawabku dengan lelah.

Beberapa hari kemudian, si kecil Icha bilang ke bapaknya, “Pak, kita kan mau berenang di kolam renang, kok enggak jadi wae…”
kataku, “Sayang, kan kita belum libur, kakak juga belum libur sekolahnya”
“Tapi kan hari minggu libur…” kata Icha lagi.
“Iya, Sayang, pas hari minggu kebetulan ada om-om teman Bapak kan main ke rumah, mereka lagi perlu Bapak, karena om-om itu sedang punya masalah yang perlu Bapak untuk bercerita” kataku membela diri.
“Oooh…. begitu, tapi kapan kita berenang?”
“Secepatnya Sayang, kalo kita sudah liburan ya, kita berenang sama-sama”, kataku dengan getirrr…
“Sekarang mandi air anget aja yuk, dimandiin Bapak…”
“Yukkk… yukkk… asyiiikkkk” katanya tanpa beban, keceriaannya muncul spontan…

Malam kemarin aku pulang, rumah sepi… jam sudah menunjukkan 20.30. Nobody’s home. Aku sms istriku tidak ada jawaban. karena capek, aku ketiduran di sofa.

1 jam kemudian aku terbangun karena suara-suara. Aku dapati rumah sudah rame lagi. ada secangkir kopi panas di meja makan dan kue bolu kukus kesukaanku. Si sulung Azizah sedang ngupas mangga arum manis kesukaanku, Zakky lagi bacain buku buat adiknya Icha.

“Pak, Icha tadi yang motong kueh bolu buat Bapak”, kata Icha.
“Zakky yang buatin kopi buat Bapak loh…” kata Zakky
“nih, mangga kesukaan Bapak”, sambung si sulung.

“Pak nanti kita berenang ya di kolam renang ya…” tagih si bungsu Icha.

Ibunya tersenyum…. aku tertegun… ah, anak-anak selalu memiliki cinta tulus untukku. Tak peduli berapa kali aku sudah tidak menepati “janjiku”, meski dalam versiku aku sudah berhati-hati dalam berjanji sama anak-anak, tapi dalam versi mereka kita bersama sudah punya komitmen.

Anak-anak selalu memiliki cinta sejati, tak ada pamrih, tak ada kecewa, tak ada kekesalan… mereka selalu riang gembira karena cinta… aku yang harus belajar banyak (lagi) mencintai…

sumber : entah dari mana , lupa .

Setiap Langkah adalah Anugrah


Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer di suatu bulan Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph. Ralph dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor.

Ketika berjalan keluar, Ralph beberapa kali menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat Sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

“Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu?” tanya sang profesor.

” Melakukan apa?” kata Ralph.

“Dar imana Anda belajar untuk hidup seperti itu?”

“Oh,” kata Ralph, ” Selama perang, saya kira.”

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. “Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah,” katanya.

“Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”

Moral of the story:

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.

Nilai manusia bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup; bukan apa yg ia peroleh, melainkan apa yg telah ia berikan; bukan apa pangkatnya, melainkan apa yg telah diperbuat dengan tugas yg diberikan TUHAN kepadanya.

Kisah 4 Lilin

Ada 4 lilin yang menyala,sedikit demi sedikt meleleh.suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan antar mereka.
yang pertama berkata : “aku adalah lilin kedamaian.Namun manusia tidak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
yang kedua berkata : “aku adalah lilin keyakinan.Sayang aku tidak berguna lagi,manusia tidak mau mengenalku,untuk itulah tidak ada gunanya aku tetap menyala.” begitu selesai bicara tiupan angin memadamkannya.
dengan sedih lilin ke tiga bicara : “aku lilin cinta” tidak mampu lagi aku untuk tetap menyala,manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.Mereka saling membenci,bahkan membenci mereka yang mencintai,membenci keluarganya.” tanpa menunggu waktu lama,maka matilah lilin ketiga
tanpa terduga….
seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar,dam melihat ketiga lilin telah padam.karena takut akan kegelapan itu,ia berkata”apa yang terjadi? kalian harus tetap menyala,aku takut akan kegelapan!”
lalu ia menangis tersedu sedu.lalu dengan terharu lilin ke empat berkata:”jangan takut,janganlah menagis,selama aku masih ada dan menyala kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya” akulah lilin “harapan”
dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin harapan lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya

apa yang tidak pernah mati adalah HARAPAN yang ada dalam hati kita dan masing masing kita semoga dapat menjadi alat. seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali keyakinan kedamaian dan cinta dengan harapan nya

Ulang Tahun

Pada suatu hari,ada sebuah keluarga kaya yang sedang sibuk mempersiapkan pesta ulang tahun anaknya yang ke 17.Mereka mempersiapkan pesta ini dengan semeriah mungkin.Keluarga ini merupakan keluarga yang terhormat.dimana sang ayah merupakan seorang pejabat daerah dan memiliki perkebunan yang sangat luas di kalimantan dan sumatera.

ketika hari bahagia itu tiba,pihak keluarga mengundang semua teman anaknya tersebut. acaranya pun dimulai.terdapat banyak sambutan dari pihak keluarga dan teman-teman anaknya tersebut.

salah seorang temannya bertanya kepada dia.”kamu sudah dewasa,kamu menginginkan apa di hari bahagiamu ini?”

sang anak pun menjawab,”aku bingung mau minta apa!”

“mengapa bingung?kamu memiliki orang tua yang kaya.segala yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan dengan mudah.”

sang anak menjawab,”itu yang membuat saya bingung.saya sudah 17 tahun hidup di dunia.segala kebutuhan saya sudah lengkap.tapi saya dari dulu cuma berharap 1 hal”

“apa itu?”,kata sang teman.

“saya ingin mendapatkan kado bagaimana cara saya mensyukuri atas segala yang saya dapatkan.Karena menurut saya bersyukur itu lebih mudah dilakukan.namun setiap manusia belum tentu bisa melakukannya”,jawab sang anak.

semua hadirin di pesta tersebut terkejut dengan jawaban dari sang anak.Mereka tidak menyangka bahwa sang anak mengharapkan hal yang di luar dugaan.

orang tua sang anak pun meneteskan air mata bahagia mendengar ucapan sang anak.Mereka merasa bangga bahwa sang anak tidak menjadi orang yang sombong akan harta